Ketika Alicia memasuki kelas itu, ia merasa sesuatu yang mengikutinya. Ya,
sebuah rasa takut mengikutinya dihatinya. Alicia, gadis berumur 12 tahun ini
memiliki sifat ceria di kelas, entah kenapa hari ini hanya memamerkan sebuah
wajah hitam.
Rupanya, iya lagi menghadapi ujian TIK.
Rupanya, iya lagi menghadapi ujian TIK.
“Aduh bagaimana ini ? Saya tak belajar semalam.” ucapnya dengan risau.
“Astaga, rupanya gadis ceria kelas bisa khawatir juga? Makanya belajar juga dong kayak saya.”sebuah suara yang bernada sombong menyahut dibelakang.
Teman (lebih tepatnya rival) Alicia, Austrina yang cantik ini memang sangat percaya diri sejak kecil. Tidak hanya pintar dipelajaran, tetapi juga pintar dibidang kesenian dan bidang olahraga.
“Tak perlu bantu risau, pergi hafal punyamu aja, tukang hafal!” seru Alicia.
“Loh, meremehkan saya ya? Kalau begitu, mari kita tanding nilai ulangan kita yang kali ini! Siapa yang menang, akan menjadi ketua kelompok perkemahan minggu yang akan datang. Setuju ?” tanyanya sambil merapikan rambut.
Hati Alicia sekarang bertambah kacau. Kalau kalah, pasti dijadikan budak selama 3 hari berturut-turut pada perkemahan tersebut. Kalau menang, mungkin tidak akan diperlakukan sebagai benda bening di kelas ini. Ditengah kerisauan dan ketakutan, teman baik Austrina, Crystal dan Silver, datang mengejek Alicia.
“Loh gak berani ya? Pastilah, siapa yang tidak tahu kehebatan Tina dikelas ?” seru Crystal.
“Masa kamu pantas menerima tantangan itu?” sambung Silver.
“ Ya udah, saya menanggupinya. Saya membuktikan bahwa saya itu manusia, bukan mainanmu !”
Alicia cepat menjawabnya dengan marah. Ia langsung membalikkan badannya dan pergi meninggalkan kelas yang penuh persaingan dan perdebatan itu. Ia bertujuan untuk mendapatkan juara di kelasnya agar tidak diremehkan oleh anak kaya dikelas. Ia menuju kebun sekolah yang penuh dengan berbagai aroma bunga dan disanalah ia mulai belajar tentang materi ulangan TIK. Mungkin disanalah tempat paling baik bagi Alicia. Disana hanya mendengarkan suara nyanyian burung, ditiupi angin sepoi, bukan mendengar berbagai ejekan. Ketika ia belajar setengah, satu-satunya teman yang sederhana seperti Alicia, Max datang dan menghiburnya. Alicia tidak pernah menganggap siswa dikelas itu sebagai teman kecuali Max karena ia menganggap siswa yang lain menganggapnya sebagai makhluk bening.
“Ali, jangan marah, kamu tahukan, kata-kata yang keluar dari Trister pasti tidak enak didengar” sahut Max. Trister adalah singkatan dari Triple Sister , yaitu Austrina, Crystal, dan Silver.
“ Saya sudah biasa kok, dibilang-bilang, kita belajar sama-sama ya?”
“ Mana berani saya bilang no ?” jawab Max sambil tersenyum.
Kertas ujian TIK akan dibagikan dalam waktu beberapa menit kemudian. Alicia sedang berpikir apakah nilai dia akan lebih tinggi daripada Austrina, atau ia akan menjadi pembantu khususnya selama 3 hari.
“Tak usah risau. Just relaxed.” sahut Max.
“Mana mungkin dia tidak risau? Kuanjurkan, siapkan barang barang kesukaan Austrina, mungkin dia akan mengampunimu.” kata Crystal sambil tertawa.
“Kamu mau minta ampun dulu tidak? Mungkin kita tidak akan sering mem-bullymu saat perkemahan nanti.” nyambung Silver.
“Alicia, kalau kamu menyuruh Max menemaniku selama 3 hari di perkemahan. Kita akan menghilangkan perjanjian ini.” kata Austrina sambil bercermin.
“Walaupun saya kalah, saya tidak akan menyuruh orang lain menjadi pengganti pembantumu.” seru Alicia.
“Alicia belum tentu kalah, jadi kamu jangan berlagak duluan.” sambung Max.
Ketika pak guru memasuki kelas, semua murid dengan wajah penasaran menanyai nilai mereka. Kemudian pak guru mengumumi hasil ujian TIK.
“Pada ujian kali ini, yang mendapatkan nilai 100 cuma satu orang saja. Menurut kalian, siapa orang yang mendapatkan nilai 100 ini?”
“Austrina-lah pak ! Dia paling pintar di kelas ini.” sahut semua orang dikelas kecuali Alicia dan Max. Alicia merasa ia pasti akan kalah dalam pertandingan ini. Hati para guru dan murid semua hanya tertuju kepada Austrina. Ia merasa terpukuli dan sedih sekali.
“Yang dapat 100 dalam ujian kali ini adalah Alicia, bukan Austrina.” Kata pak guru.
“Hah? Alicia?” sahut semua orang kecuali Alicia dan Max.
Tiba-tiba, Alicia menangis. Ia menangis karena senang dan sebagian juga karena rasa ketidakpercayaan siswa di kelas itu.
“ Saya sudah kalah. Mau tertawa terus terang aja. Jangan dibalik orang.” seru Austrina.
“ Saya tidak akan menertawakan kamu. Saya berharap kalian berhenti mengejek saya dan benar-benar menganggapku sebagai siswa di kelas ini.” Jawab Alicia dengan suara pelan.
“Baiklah. Kita berharap dapat berbaikan dengan kamu.” Jawab Austrina. Mereka saling berjabat tangan sebagai wujud perdamaian antar mereka.
Ayo, coba baca dibahasa Inggris! (Let's read it in English!)
Karyaku
没有评论:
发表评论